Merelakan yang Belum Berhak Untuk Dimiliki






Umur 18 tahun merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Pada saat inilah semua masa dewasa mengalami perubahan secara fisik maupun psikis, keseriusan dalam belajar untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan keinginan merasakan kebebasan dan mencari cinta yang sesungguhnya. Pada saat ini pula rata-rata pasti merasakan kasmaran, termasuk aku.
Namaku Putri Ayu Wulandari yang berkuliah di perguruan tinggi swasta di Surabaya. UAS di depan mata tetapi aku masih bisa bersantai. Aku masih asik memikirkan seorang cowok yang bernama Prasanto Adi yang biasa dipanggil Adi. Dia adalah cowok yang sejak ospek aku sukai. Entah kenapa bukannya perasaan itu semakin berkurang malah semakin bertambah.
Satu-satunya orang yang mengetahui aku mempunyai rasa sama Ayu cuma Putri, Putri lah yang selalu menemaniku dan mendengarkan ceritaku dan celotehanku tentang Adi. Menurutku Putri adalah cewek yang aneh, karena menurut pengakuannya gak ada cowok yang dia suka, setiap kali aku bertanya tentang itu Putri selalu bilang dengan santai "Gak Ada". Putri memang cewek yang pendiam, beda banget sama aku yang gak bisa diam karena sering nyari perhatiannya Adi.
Aku dan Adi satu kelas dan itu membuatku cukup salting di kelas. Sampai sekarang aku hanya bisa memendam perasaanku, sampai suatu hari Putri ngomong sama aku, "Yu,kalau kamu suka sama Adi, ngapain kamu gak coba deketin?" "Hah?? Put gak mungkin cewek yang deketin cowok" balas aku dengan suara yang aneh dan raut wajah yang tidak menentu. "Ya ampun Ayu, deketin seperti temen aja kalii.. misalnya SMSan sama Adi ataupun sering ngobrol sama dia", kata-kata Putri memang ada benarnya juga sih, selama setengah tahun aku suka sama Adi, aku jarang ngomong sama dia. "Oke akan aku coba put".
Semenjak saat itu aku mulai mencoba untuk dekat dengan Adi, mulai dari SMSan, bbman, sampai sering ngobrol sama dia. Adi itu perfect banget dimataku dia putih, tinggi, ganteng, pintar dan tajir pula. Selama proses pendekatanpun aku ngerasa akrab banget sama dia. Sampai-sampai banyak orang di kelas yang bilang kalau Adi suka sama aku. Iya aku dengan Adi memang dekat banget, kami sering ke kantin bareng, pulang bareng, dan itu termasuk hal yang sangat menyenangkan bagiku, tapi tetap aja aku ngerasa kurang nyaman karena kedekatan kami tanpa status.
Karena semakin resah akhirnya suatu hari aku bertanya pada Budi. Budi adalah sahabat dekat Adi "Bud, ada yang mau aku tanyain sama kamu", ucap Ayu. "Apaan Ra?" jawab Budi. Ayu pun dengan sifat penasarannya langsung bertanya "Kamu tau gak siapa yang Adi suka?". Budi pun menjawab "Kalau itusih aku juga kurang tau yu, tapi yang jelas 3 hari lagi Adi bakalan nembak cewek yang dia suka" mendengar itu jantung ku terasa berdetak sangat cepat. "Oh iya deh makasih infonya yah” ucap ayu sambil hati berdetak detak. "Iya sama-sama yu" jawab budi. Setelah itu aku langsung menceritakan semuanya pada Putri, dan Ayu pun menebak yang bakalan ditembak Adi itu adalah aku...
Akhirnya hari yang aku tunggu tiba. Hari ini adalah hari dimana Adi bakalan nembak cewek yang dia suka. Aku pun telah dandan cantik dan rapi banget, pergi sekolah pun aku semangat banget. Setibanya kampus Putri hanya tersenyum melihat aku yang sangat gembira. Sampai waktu masuk kelas pun tiba, Budi berdiri di depan kelas dan teriak dengan keras "Eh teman-teman, Adi bakalan nembak cewek nih". Aduh pas itu aku pun berbisik pada Putri "Put, kalau cewek yang ditembak Adi gak nerima Adi bakal aku marahin, masa' dia gak mau nerima Adi yang perfect banget." "Ah bilang aja yang mau ditembak Adi itu kamu Ayu". Mendengar balasan Putri aku hanya tersenyum malu.
Gak terasa Adi udah berdiri di depan meja aku sama Putri. Saat itu Adi langsung ngomong "Puuut...." aduh pas Adi ngomong itu aku udah senang banget, nama aku Putri dan biasa teman-teman kalau ngomong sama aku cuma Ayu aja dan ternyata yang ditembak Radit itu "Put....riiii kamu mau gak jadi pacar aku?".
            Aku langsung kaget mendengar itu badanku terasa lemas banget, aku hanya bisa senyum sambil membisikkan ke Putri "Terima Radit yah Put, aku ikhlas asalkan Adi bahagia". Di waktu itu Putri dan Adi pun resmi pacaran.
            Pada saat itupun aku keluar kelas dengan alasan kepada Putri kalau aku mau ke kantin, padahal aku langsung ke toilet. Keadaan toilet saat itu sepi karena anak-anak yang lain pada ke kantin, gak tau kenapa air mata aku netes, aku menangis, rasanya itu perih banget ketika kita mencintai seseorang yang malah mencintai sahabat kita sendiri. Lalu aku bergegas keluar dari toilet sambil menghapus air mata aku. Plukkk ternyata aku menabrak seseorang dan itu adalah Budi. "Yu, kamu kenapa nangis?" pertanyaan Budi hanya membuat aku semakin menangis. "Yu, sebenarnya aku udah tau kalau kamu suka sama Adi, aku juga tau kalau yang bakalan ditembak sama Adi itu Putri”. Mendengar itu air mataku pun semakin deras mengalir, tiba-tiba Budi langsung mendekapku. Mulai saat itu aku baru menyadari bahwa Budi begitu perhatian terhadapku.
            Dihari-hari berikutnya aku berusaha bersikap biasa dengan Putri. Adi begitu perhatian sama Putri, aku hanya dapat tersenyum melihat mereka seakan aku mendukung hubungan mereka. Tapi sebenarnya hati ini tengah menangis, menangis sekuat-kuatnya, dan aku akan tetap berusaha tegar, mungkin aku bisa membohongi Adi dan Putri tapi tidak dengan Budi. Entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa nyaman saat bersama Budi. Tapi aku takut kedekatan ini sama seperti kejadian aku dengan Adi. Dulu aku sempat dekat sama Adi tapi ternyata Adi sukanya sama Raya. "Apakah mungkin Budi dekat denganku dan dia akan jadian dengan cewek lain??" tanyaku dalam hati.
            Sudah hampir sebulan Putri dan Adi berpacaran, perasaan ku dengan Adi pun sudah mulai berkurang tetapi masih ada bekas luka yang belum dapat terobati. Namun ternyata perasaanku telah berpaling ke Budi. Hari ini tiba-tiba Budi mengajak ku ke taman samping sekolah setelah bel pulang berbunyi.
            Aku mulai merasa ada yang aneh pada Budi. Tiba-tiba Budi mengeluarkan setangkai bunga mawar putih dari kantong celananya. "Yu mungkin ini adalah saat yang tepat untuk ngungkapin perasaanku sama kamu,sebenarnya aku udah lama suka sama kamu. Yu kamu mau gak jadi pacarku?". Mendengar ungkapan perasaan Budi aku hanya bisa menangis dan karena aku memiliki perasaan yang sama dengannya akupun menerima cinta Budi. Kamipun resmi berpacaran.
            Aku sangat berterima kasih pada Tuhan karena telah menciptakan sesosok Budi yang telah mampu mengobati luka hati ini. Sekarang aku dan Putri pun sama-sama bahagia. Dari pengalamanku ini aku belajar Cintailah orang yang mencintaimu karena belum tentu orang yang kamu cintai, mencintaimu pula. dan Relakanlah orang yang kamu sayangi untuk bersama orang yang dia sayangi pula, karena sebenarnya Tuhan telah mempunyai pengganti yang lebih baik yang pasti terbaik untukmu. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menyimpan Lensa dan Kamera Pake Dry Box Kedap Udara

Tips Mudah Membersihkan Bodi dan Lensa Kamera

Budaya Indonesia dalam Formasi PBB, PASSION 2017